Beranda | Artikel
Wanita Pemilik Gentong Air
Sabtu, 20 Oktober 2012

WANITA PEMILIK GENTONG AIR

Sesungguhnya memperhatikan keadaan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam , sifat-sifat beliau dan perilakunya, membuahkan hasil yang sangat banyak. Seseorang akan lebih memahami akhlak beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia, mengambil ibrah (pelajaran) darinya, dan meneladaninya. Demikian juga mengetahui cara bersikap, berinteraksi dan berdakwah kepada manusia. Berikut ini kisah tentang wanita musyrik yang masuk Islam bersama kaumnya karena mu’jizat yang dia lihat dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , serta sikap beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Sahabat yang bijak kepadanya dan kaumnya. Kisahnya adalah sebagai berikut:

Dari ‘Imrân (bin Hushain Radhiyallahu anhu ), dia berkata, “Kami berada di dalam perjalanan bersama Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Kami telah berjalan semalaman, sampai pada akhir malam (menjelang subuh-red). Dalam perjalanan, kami mengalami kejadian yang sangat menyenangkan bagi musafir (yaitu, mengalami tidur yang sangat pulas karena kelelahan-red). Tidak ada yang membangunkan kami kecuali terik panas matahari. Orang yang bangun pertama kali adalah Fulan (Abu Bakar Radhiyallahu anhu -red), kemudian Fulan, kemudian Fulan, dan orang yang bangun keempat adalah `Umar bin Khaththâb Radhiyallahu anhu . Kebiasaan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah jika beliau tidur, tidak dibangunkan, sehingga beliau sendiri yang bangun. Karena kami tidak tahu apa yang terjadi pada beliau di dalam tidurnya [yakni, kemungkinan beliau mendapatkan wahyu-red].

Ketika Umar Radhiyallahu anhu telah bangun dan melihat kejadian yang dialami para Sahabat (yakni terbangun kesiangan dan belum shalat Subuh-red), maka dia bertakbir dan mengeraskan suaranya. Dia  terus bertakbir dan mengeraskan suaranya hingga Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam terbangun. Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bangun, mereka mengadukan kepada beliau kejadian yang telah menimpa mereka. Beliau bersabda: “Tidak membahayakan (yakni tidak masalah-red), berangkatlah!’. Kemudian beliau berangkat. Belum lama berjalan, kemudian beliau singgah. Beliau meminta air wudhu, lalu berwudhu. Kemudian dikumandangkan adzan shalat (subuh). Dan beliau shalat mengimami mereka.

Setelah selesai shalat, beliau melihat seorang laki-laki menyendiri dan tidak shalat bersama orang-orang. Beliau bertanya: “Hai Fulan, apa yang menghalangimu shalat bersama orang banyak?” Dia menjawab: “Aku sedang junub dan tidak ada air”. Beliau bersabda: “Tayammumlah dengan debu (permukaan bumi), itu cukup bagimu.”

Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berangkat. Di tengah perjalanan, orang-orang mengadu kehausan kepada beliau. Dan beliau pun singgah, lalu memanggil seseorang dan Ali Radhiyallahu anhu . Beliau bersabda: “Pergilah kalian berdua, lalu carilah air!”

Mereka pun berangkat. Kemudian mereka bertemu dengan seorang wanita di atas ontanya di antara dua gentong air yang besar (yang terbuat dari kulit). Mereka bertanya kepada wanita itu, “Di manakah air?” Dia menjawab: “Aku melihat air hari kemarin semenjak waktu ini (yakni, dari keluarganya menuju tempat air membutuhkan waktu perjalanan sehari semalam, sebagaimana di dalam riwayat Muslim-red), sedangkan orang-orang laki-laki kami sedang pergi”. Keduanya berkata kepada wanita itu: “Kalau begitu, berangkatlah!” Dia menjawab: “Ke mana?” Keduanya berkata: “Menuju Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam “, wanita itu bertanya, ‘Orang yang dianggap (oleh suku Quraisy) murtad itu?” . Keduanya menjawab, ‘Dialah yang engkau maksudkan, berangkatlah!” Keduanya membawanya menuju Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menyampaikan berita kepada beliau. Maka para Sahabat meminta wanita itu agar turun dari ontanya.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta wadah air, beliau menuangkan air itu di dalamnya dari mulut-mulut kedua gentong itu. Beliau mengikat mulut-mulut kedua gentong itu dan membuka penutupnya. Kemudian diumumkan kepada orang-orang: “Silahkan memberi minum dan silahkan minum”. Maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi minum orang yang beliau kehendaki dan mengambilkan air untuk orang yang beliau kehendaki. Yang terakhir, beliau memberi satu wadah air kepada laki-laki yang mengalami junub, beliau bersabda: “Pergilah, lalu guyurkan air ini pada badanmu”. Wanita tersebut berdiri melihat apa yang diperbuat terhadap airnya.

Demi Allah Azza wa Jalla , setelah selesai air itu diambil dari gentong tersebut, benar-benar tampak kepada kami bahwa gentong itu lebih penuh isinya daripada ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memulai mengambil airnya. Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kumpulkan (barang) untuk wanita ini!” Maka para Sahabat mengumpulkan buah korma, tepung gandum, dan jenang/dodol. Mereka mengumpulkan makanan untuk wanita itu dan menaruhnya di dalam kain. Mereka menaikkannya di atas ontanya dan meletakkan kain itu di depan wanita itu. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada wanita itu: “Engkau mengetahui, kami tidak mengurangi airmu sedikitpun. Tetapi Allah-lah yang memberi air kepada kami.”

Lalu wanita itu mendatangi keluarganya, dan dia terlambat datang kepada mereka. Mereka bertanya: “Hai Fulanah, apa yang menyebabkanmu terlambat?” Dia menjawab: “Sesuatu yang mengagumkan. Dua orang laki-laki menemuiku, lalu membawaku menuju kepada orang yang dianggap murtad. Lalu orang itu melakukan begini dan begitu. Demi Allah, dia itu orang yang paling ahli di antara manusia di langit dan di bumi dalam ilmu sihir -wanita itu mengisyaratkan dengan dua jarinya, jari tengah dan telunjuk, lalu dia menaikkan kedua jarinya ke arah langit- atau dia itu benar-benar utusan Allah Azza wa Jalla yang sebenarnya.”

Setelah itu kaum Muslimin menyerang orang-orang musyrik di sekitar (kampung) wanita itu, dan mereka tidak menyerang kampung wanita itu. Suatu hari wanita itu berkata kepada kaumnya: “Aku berpendapat bahwa kaum (Muslimin) itu sengaja mengajak kamu (menuju Islam, sehingga tidak menyerang kamu-red), tidakkah kamu masuk agama Islam?’. Maka mereka mentaati wanita itu, mereka masuk Islam. [HR. Bukhâri, no. 344; semakna dengan ini pada no. 3571 dan Muslim, no. 682]

Al-Hâfzih Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Hadits ‘Imrân bin Hushain tentang kisah wanita pemilik dua kantong air, dan mu’jizat yang ada padanya adalah air sedikit yang menjadi banyak dengan sebab berkah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam “. [Fathul Bâri syarah hadits no. 3571]

Kisah ini juga memuat berbagai pelajaran bagi orang-orang yang mau memperhatikannya. Al-hamdulillâhi rabbil ‘âlamîn.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 06/Tahun XIII/1430H/2009M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]


Artikel asli: https://almanhaj.or.id/3409-wanita-pemilik-gentong-air.html